Mutiara Salaf

"Wahai manusia Aku hanyalah orang yang mengikuti sunnah dan bukan pembuat bid'ah. Jika Aku berbuat baik maka ikutilah dan jika Aku berbuat buruk maka ingatkanlah" [Abu Bakar Ash-Shidiq]

Blog ini dibuat terutama sebagai catatan/arsip bagi ana sehingga mudah mengakses [karena telah dikategorikan] artikel para ustadz ahlu sunnah yang materinya terpencar-pencar di masing-masing situs yang diasuh langsung oleh mereka. Namun alangkah baiknya jika ana tidak menyimpannya sendiri di dalam hard disk melainkan di sebuah blog yang diharapkan dapat bermanfaat bagi orang lain entah dia itu muslim atau kafir, ahlu sunnah atau ahli bid'ah, orang yang sudah "ngaji" atau yang masih awam.

Sabtu, 01 Mei 2010

MENYUCIKAN JIWA, MEMBERSIHKAN QALBU (1)

Pendahuluan

Penyucian jiwa dan qalbu yang merupakan pangkal bagi lahirnya akhlak mulia, adalah unsur penting bagi berlangsungnya kekuatan serta kewibawaan suatu bangsa.[1] Dan itu merupakan salah satu tugas utama yang karenanya Allah ‘Azza wa Jalla mengutus nabiNya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.[2] Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, di antaranya:

لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ . آل عمران: ١٦٤

Sesungguhnya Allah telah member karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri; yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Ali Imran/3 : 164)

Ayat ini menjelaskan, di antara tugas utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membersihkan jiwa manusia serta mengajarkan al-Qur’an dan hikmah. Yang dimaksud hikmah di sini adalah Sunnah Beliau sendiri n dan maksud-maksud serta rahasia-rahasia yang terkandung di balik syari’at.[3] Jadi isi al-Qur’an al-Karim, seluruhnya sudah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, baik lafaz, ma’na, kandungan serta rahasia-rahasianya. Begitu pula wahyu-wahyu Allah lainnya yang berupa Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, orang dikemudian hari tidak perlu mencari sendiri ma’na-ma’na rahasia di balik ayat al-Qur’an tersebut berdasarkan perasaan, logika atau gagasan pribadi. Yang perlu dilakukan adalah mencari ma’na-ma’nanya melalui riwayat-riwayat yang shahih dari Nabi atau dari para Sahabat Nabi, melalui penjelasan para ulama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ (وَفِى رِوَايَةٍ : صَالِحَ) اْلأَخْلاَقِ. أخرجه البخاري فى الأدب المفرد والحاكم وغيرهما

Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat lain : yang shaleh). Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Imam al-Hakim dll.[4]

Tujuan Pembersihan Jiwa

Tujuan pembersihan jiwa adalah ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya, takwa hanya dapat terwujud melalui pembersihan serta penyucian jiwa. Sementara, kebersihan jiwa juga tidak dapat terjadi tanpa takwa. Jadi keduanya saling terkait dan saling membutuhkan. Itulah mengapa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَاسَوَّاهَا . فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا الشمس: ٧ – ١٠

Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (perilaku) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams/91 : 7-10)

Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa seseorang dapat membersihkan jiwanya melalui ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَلاَ تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى النجم: ٣٢

Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Allah lebih mengetahui tentang siapa yang bertakwa. (QS. An-Najm/53: 32)

Serta firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَسَيُجَنَّبُهَا اْلأَتْقَى . الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى الليل: ١٧ – ١٨

Dan orang yang paling bertakwa akan dijauhkan dari api neraka, yaitu orang yang menginfakkan hartanya serta menyucikan dirinya. (QS. Al-Lail/92: 17-18)

Kedua ayat ini menjelaskan bahwa pembersihan jiwa pada hakikatnya adalah ketakwaan kepada Allah.[5] Dan memang tujuannya adalah ketakwaan kepada Allah.

Di sini perlu juga difahami dengan baik sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut:

اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا. رواه مسلم

Ya Allah! Anugerahkanlah ketakwaan pada jiwaku, bersihkanlah ia, Engkau adalah sebaik-baik yang membersihkan jiwa. Engkaulah Penguasa dan Pemiliknya. HR. Muslim.[6]

Dengan qalbu serta jiwa yang bersih dan bertakwa, akan tercapailah maksud diciptakannya manusia. Yaitu hanya beribadah dan menyembah kepada Allah saja.

Allah berfirman:

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ الذاريات: ٥٦

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu saja. (QS. Adz-Dzaariyaat/51 : 56)

-bersambung insya Allah-

Penulis: Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin

Artikel: www.UstadzFaiz.com

Catatan kaki:
[1] Al-Hilaly, Salim bin ‘Id, Syaikh, Manhaj al-Anbiya’ Fi Tazkiyati an-Nufus, KSA, Dar Ibnu Affan, cet. I, 1412 H/1992 M. hal. 15

[2] Ibid. h. 21

[3] As-Sa’di, Abdur rahman bin Nashir, Syaikh, Taisir al-Karim ar-Rahman, QS. Ali Imran: 164.

[4] Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dll, lihat Al-Adab al-Mufrad karya Imam al-Bukhari, bi takhrijat wa ta’liqat : Syaikh al-Albani, Daar ash-Shiddiq, Jubail, KSA, cet. II, 1421 H/2000 M, hal. 100-101, no. 273. Lihat pula Silsilah Shahihah, no. 45.

[5] Al-Hilaly, Salim bin ‘Id, Syaikh, Manhaj al-Anbiya’ Fi Tazkiyati an-Nufus. Op.Cit. h. 19-20

[6] An-Nawawi, Shahih Muslim Syarh an-Nawawi, tahqiq: Khalil Ma’mun Syiha, Dar al-Ma’rifah, cet. III, 1417 H/1996 M, XVII/43, no. hadits: 6844.

http://ustadzfaiz.com/?p=21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemilik blog dengan segala hormat hanya akan menampilkan komentar berupa saran, kritik, pertanyaan atau caci maki saja, adapun komentar yang masuk ke dalam kategori bantahan/sanggahan/debat maka sebaiknya langsung di blog aslinya [blog ustadz yang bersangkutan] sebab bukan kapasitas ana untuk masuk ke dalam dunia debat. Jadi komentar dari jenis ini baik dalam masalah aqidah maupun fiqh terpaksa tidak ana tampilkan. Harap maklum...