Mutiara Salaf

"Wahai manusia Aku hanyalah orang yang mengikuti sunnah dan bukan pembuat bid'ah. Jika Aku berbuat baik maka ikutilah dan jika Aku berbuat buruk maka ingatkanlah" [Abu Bakar Ash-Shidiq]

Blog ini dibuat terutama sebagai catatan/arsip bagi ana sehingga mudah mengakses [karena telah dikategorikan] artikel para ustadz ahlu sunnah yang materinya terpencar-pencar di masing-masing situs yang diasuh langsung oleh mereka. Namun alangkah baiknya jika ana tidak menyimpannya sendiri di dalam hard disk melainkan di sebuah blog yang diharapkan dapat bermanfaat bagi orang lain entah dia itu muslim atau kafir, ahlu sunnah atau ahli bid'ah, orang yang sudah "ngaji" atau yang masih awam.

Jumat, 07 Mei 2010

Adab-Adab Yang Harus Dipenuhi Oleh Pencari Ilmu (5)

Kesebelas : Tatsabbut dan Tsabat

Diantara adab terpenting yang wajib dimiliki oleh setiap penuntut ilmu adalah tatsabbut. Baik dalam hal berita yang disampaikan maupun dalam hal hukum yang bersumber dari pendapatmu. Apabila ada berita yang disampaikan maka hendaklah engkau menyelidiki terlebih dahulu apakah berita itu benar atau tidak, Kemudian apabila ternyata benar, maka janganlah langsung menghukumi. Selidikilah aspek hukumnya, sebab mungkin saja berita yang engkau dengar itu dibangun di atas dasar kebodohanmu lalu engkau menghukuminya bahwa hal ini salah, padahal kenyataannya hal itu tidak salah. Akan tetapi bagaimana solusi dari keadaan ini ?

Solusinya adalah engkau menghubungi orang yang menjadi objek berita lalu engkau katakan padanya bahwa telah diberitakan tentang dirimu begini dan begini, apakah hal itu benar ? Kemudian engkau berdiskusi dengannya. Kadang-kadang pengingkaran dan sikap menjauhmu dari dia pada awal ketika engkau mendengar berita tentang dia karena engkau tidak tahu apa penyebab timbulnya berita itu. Peribahasa mengatakan bahwa apabila diketahui sebab maka hilanglah rasa heran. Oleh karena itu mau-tidak mau harus menyelidiki terlebih dahulu. Kemudian setelah itu engkau menghubungi orang tersebut dan bertanya kepadanya apakah hal itu benar atau tidak ? Kemudian engkau berdiskusi dengannya. Hasilnya mungkin dialah yang berada di atas kebenaran lalu engkau yang rujuk kepadanya atau kebenaranlah yang menyertaimu lalu dia rujuk kepadamu.

Ada perbedaan antara Tsabat dan Tatsabbut. Keduanya merupakan istilah yang hampir serupa dari segi lafazh tetapi berbeda dalam masalah arti. Tsabat artinya adalah sabar dan ulet, tidak jemu dan tidak bosan serta tidak mengambil sebagian dari setiap kitab atau secuil dari satu disiplin ilmu lalu ditinggalkannya, karena hal ini akan membahayakan si penuntut ilmu, dan waktupun terbuang tanpa faidah. Umpamanya ada penuntut ilmu dalam masalah Nahwu kadang-kadang membaca buku Al Ajurumiyah tapi di waktu lain membaca matan Qatrun Nada, dan di waktu yang lain lagi dia membaca Alfiyah. Demikian pula dalam hal ilmu mushthalah, kadang dia membaca kitab Nukhbah, kadang Alfiyah Al Iraqy. Juga dalam hal fiqih, kadang dia membaca kitab Zaadul Mustaqni’ kadang membaca Umdatul Fiqh, atau Al Mughny, atau syarah Muhadzdzab. Demikianlah seterusnya pada setiap kitab. Pada umumnya orang yang begini tidak akan meraih ilmu, kalau bisa meraih ilmupun hanya pada beberapa masalah tapi tidak mendasar. Orang yang memperoleh ilmu dalam beberapa masalah seperti orang yang menemukan belalang satu demi satu. Jadi penuntut ilmu haruslah belajar dengan mendasar, mendalam dan ulet. Inilah yang penting. Ulet dalam berhubungan dengan kitab yang engkau baca dan engkau ulang-ulang, ulet juga dalam hal guru tempat engkau menimba ilmu. Janganlah engkau belajar secara memutar setiap pekan kepada seorang guru, atau setiap bulan berganti guru ! Pertama-tama tetapkan (pilih) seorang guru tempat engkau menimba ilmu, kemudian setelah mantap tetaplah (belajar padanya) dan janganlah setiap pekan atau bulan engkau berganti guru. Tidak ada perbedaan antara memilih guru dalam masalah fiqih lalu terus kontinyu bersamanya dalam masalah fiqih, dan guru lain dalam masalah Nahwu lalu engkau menetap belajar kepadanya dalam masalah Nahwu. Dan guru lain dalam masalah aqidah dan tauhid lalu engkau terus bersamanya dalam hal itu. Yang penting engkau jangan berganti-ganti guru, sehingga engkau menjadi seperti seorang tukang menceraikan, setiap kali menikahi seorang wanita dia tinggal bersama wanita itu selama sepekan lalu dia ceraikan dan pergi untuk mencari yang lain.

Demikian juga tatsabbut adalah sesuatu yang penting karena orang yang menyampaikan berita kadang-kadang mereka mempunyai maksud jelek. Mereka menyampaikan berita yang kedengarannya jelek secara sengaja, Kadang-kadang mereka tidak mempunyai maksud jelek tetapi mereka memahami sesuatu dengan pemahaman yang sebaliknya dari yang dimaksud. Oleh karena itu wajib tatsabbut (menyelidiki) Apabila yang diberitakan telah yakin sanadnya barulah melangkah ke taraf diskusi dengan orang yang diberitakan sebelum engkau menghukumi perkataannya bahwa dia itu salah atau tidak salah. Hal ini disebabkan karena kadang-kadang dengan diskusi nampaklah olehmu bahwa kebenaran menyertai orang perkataannya diberitakan tadi.

Kedua belas : Bersungguh-sungguh dalam memahami maksud perkataan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam .

Diantara perkara yang penting bagi para penuntut ilmu adalah masalah pemahaman, artinya memahami apa yang dimaksud oleh Allah Azza Wajalla dan apa yang dimaksud oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam karena kebanyakan menusia diberi ilmu akan tetapi tidak diberi pemahaman. Tidaklah cukup bagi engkau untuk menghafal kitab Allah dan apa yang mudah dari sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tanpa pemahaman. Engkau harus memahami apa yang Allah maksud dan apa yang dimaksud oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari Allah dan rasul-Nya. Betapa banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh manusia yang berdalil dengan nash tetapi tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Allah dan Rasul-Nya lalu lahirlah kesesatan akibat hal itu.

Disini saya ingin mengingatkan tentang satu point penting yaitu bahwa kesalahan dalam memahami kadang-kadang lebih berbahaya dari pada kesalahan karena kebodohan. Karena orang yang bodoh yang bersalah karena kebodohannya mengetahui bahwa dia bodoh dan dia akan belajar. Tetapi orang yang pemahamannya salah meyakini dirinya berilmu dan benar dan meyakini bahwa inilah yang dimaksud oleh Allah dan Rasul-Nya. Kita berikan dua contoh dalam hal ini agar jelaslah bagi kita pentingnya pemahaman.

Contoh pertama :

Allah berfirman : (QS. 21 : 78-79)

Allah telah memberikan kelebihan kepada Sulaiman dari pada Dawud dalam masalah ini berupa pemahaman : ” Maka Kami berikan pemahaman kepada Sulaiman tentang masalah ini.”" Akan tetapi tidak ada kekurangan dalam ilmu Dawud. ” Dan masing-masing telah Kami berikan hikmah dan ilmu.”

Perhatikanlah ayat yang mulia ini, ketika Allah menerangkan keistimewaan Sulaiman berupa pemahaman, Allahpun menerangkan juga kelebihan Dawud, makanya Allah berfirman : ” Dan Kami tundukkan bagi Dawud……”. Sehingga seimbanglah masing-masing keduanya. Lalu Allah menerangkan apa yang sama dalam diri mereka berupa hikmah dan ilmu kemudian Dia menerangkan keistimewaan masing-masing dibanding yang lainnya.

Ini menunjukkan kepada kita tentang pentingnya pemahaman, dan ilmu bukanlah segalanya.

Contoh kedua :

Bila engkau mempunyai dua buah bejana yang satu berisi air hangat dan yang satu lagi berisi air dingin, dan saat itu sedang musim dingin. Lalu datanglah seseorang yang ingin mandi junub, lalu sebagian orang berkata :” Yang lebih utama engkau menggunakan air dingin karena dalam penggunaan air dingin terkandung kesulitan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Maukah aku tunjukkan kepada kalian apa yang bisa menyebabkan Allah menghapus kesalahan dan meningangkat derajat ?” Maka sahabat menjawab : Mau ya Rosulullah !” Beliau bersabda :” Menyempurnakan wudhu pada saat sulit…….”[1]

Maknanya adalah berwudhu pada waktu dingin, Jadi apabila engkau menyempurnakan wudhu dengan air dingin maka hal itu lebih utama dari pada berwudhu dengan air hangat yang sesuai dengan suhu udara. Lalu orang itu memfatwakan bahwa menggunakan air dingin ketika itu lebih utama karena berdalil dengan hadis tadi.

Apakah ini kesalahan dalam hal ilmu atau kesalahan pemahaman ?

Jawab :

Ini adalah kesalahan dalam pemahaman karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :” Menyempurnakan wudhu ketika sulit ” Beliau tidak berkata :” Hendaklah kamu pilih air dingin untuk wudhu !” Bedakanlah kedua kalimat ini ! Seandainya di dalam hadis ini dikatakan kalimat yang kedua maka kita katakan : Ya ! kita memilih air dingin, tapi beliau berkata :” Menyempurnakan wudhu di saat sulit.” Artinya orang tidak terhalang dinginnya air untuk menyempurnakan wudhu.

Kemudian kita katakan :” Apakah Allah menginginkah kemudahan bagi hamba-Nya ataukah menghendaki kesulitan ?

Jawabnya ada dalam firman Allah :” Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesulitan.” (QS. Al Baqarah : 185).

Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :” Sesungguhnya agama itu mudah.”[2]

Maka saya katakan kepada para penuntut ilmu bahwa masalah pemahaman adalah masalah yang penting, maka wajib kita memahami. Apa yang kehendaki oleh Allah dari hamba-hamba-Nya ? Apakah Dia hendak menyulitkan mereka dalam melaksanakan ibadah ataukah menghendaki kemudahan ?

Tidaklah diragukan lagi bahwa Allah menghendaki kemudahan bagi kita dan tidak menghendaki kesulitan.

Inilah beberapa adab yang diharapkan memiliki dampak bagi pada penuntut ilmu terhadap ilmunya sehingga mereka menjadi tauladan yang baik dan menjadi penyeru kepada kebaikan serta menjadi imam dalam agama Allah Azza Wajalla. Dengan sabar dan yakinlah keimamahan dalam agama bisa diraih sebagaimana firman Allah :” Dan Kami telah menjadikan imam-imam di kalangan mereka yang memberi petunjuk dengan perintah Kami karena kesabaran mereka dan mereka yakin kepada ayat-ayat kami.” (QS. As Sajdah : 24).


[1] Riwayat Muslim, kitab thoharah, bab keutamaan wudhu di saat sulit.

[2] Riwayat Bukhari, kitab iman, bab agama itu mudah.


http://ustadz.abuhaidar.web.id/2009/05/25/adab-adab-yang-harus-dipenuhi-oleh-pencari-ilmu-5/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemilik blog dengan segala hormat hanya akan menampilkan komentar berupa saran, kritik, pertanyaan atau caci maki saja, adapun komentar yang masuk ke dalam kategori bantahan/sanggahan/debat maka sebaiknya langsung di blog aslinya [blog ustadz yang bersangkutan] sebab bukan kapasitas ana untuk masuk ke dalam dunia debat. Jadi komentar dari jenis ini baik dalam masalah aqidah maupun fiqh terpaksa tidak ana tampilkan. Harap maklum...