Mutiara Salaf

"Wahai manusia Aku hanyalah orang yang mengikuti sunnah dan bukan pembuat bid'ah. Jika Aku berbuat baik maka ikutilah dan jika Aku berbuat buruk maka ingatkanlah" [Abu Bakar Ash-Shidiq]

Blog ini dibuat terutama sebagai catatan/arsip bagi ana sehingga mudah mengakses [karena telah dikategorikan] artikel para ustadz ahlu sunnah yang materinya terpencar-pencar di masing-masing situs yang diasuh langsung oleh mereka. Namun alangkah baiknya jika ana tidak menyimpannya sendiri di dalam hard disk melainkan di sebuah blog yang diharapkan dapat bermanfaat bagi orang lain entah dia itu muslim atau kafir, ahlu sunnah atau ahli bid'ah, orang yang sudah "ngaji" atau yang masih awam.

Selasa, 04 Mei 2010

Shalat Witir Satu Raka'at

عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي بِاللَّيْلِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْهَا بِوَاحِدَةٍ فَإِذَا فَرَغَ مِنْهَا اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ

Dari ‘Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam sebelas raka’at termasuk witir satu raka’at. Kemudian apabila selesai dari shalat tersebut beliau berbaring pada sisi sebelah kanan hingga datangnya muadzin kemudian beliau shalat dua raka’at ringan. (HR Muslim No 1215 –Maktabah Syamilah)

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ فَإِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ لِلْإِقَامَةِ

Dari ‘Aisyah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di antara habisnya shalat ‘Isya --yang biasa disebut dengan shalat ‘Atamah oleh orang-orang-- sampai fajar, sebelas raka’at dengan melakukan salam setiap dua raka’at dan melakukan witir dengan satu raka’at. Kemudian apabila muadzin shalat Fajar masih diam serta nampak nyata datangnya fajar dan muadzin telah datang, beliau berdiri dan shalat dua raka’at dengan ringan kemudian berbaring pada sisi sebelah kanan sampai datangnya muadzin untuk iqamah.

(HR Muslim No 1216 –Maktabah Syamilah)

Muslim memasukkan kedua hadits tersebut dalam Bab :
بَاب صَلَاةِ اللَّيْلِ وَعَدَدِ رَكَعَاتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اللَّيْلِ وَأَنَّ الْوِتْرَ رَكْعَةٌ وَأَنَّ الرَّكْعَةَ صَلَاةٌ صَحِيحَةٌ

Bab Shalat malam dan jumlah raka’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam hari dan bahwa witir adalah satu raka’at dan bahwa satu raka’at adalah shalat yang sah.

Muslim mengambil hukum dengan hadits tersebut untuk menyatakan bahwa witir satu raka’at adalah sunnah dan sah.

Pendapat para ulama tentang masalah witir satu raka’at:

An-Nawawi berkata dalam al-Majmu’ (3/506):
Witir adalah sunnah menurut madzhab kami (madzhab Syafi’i) tanpa ada perbedaan pendapat, dan minimum adalah satu raka’at tanpa ada perbedaan pendapat.

Beliau juga berkata dalam kitab yang sama (3/507):
Apabila seseorang hendak melakukan witir tiga raka’at maka lebih afdhal ada tiga pendapat dalam madzhab Syafi’i, yang shahih adalah yang lebih afdhal dengan melakukannya terpisah dengan dua salam ( 2 raka’at salam kemudian 1 raka’at salam ) karena banyak hadits-hadits shahih tentang masalah ini.

Beliau juga berpendapat dalam al-Minhaj Syarh Muslim (3/73 –Maktabah Syamilah):
Maka yang lebih afdhal adalam salam setiap dua raka’at dan itu adalah masyhur dilakukan Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau memerintahkan untuk shalat malam dengan dua raka’at dua raka’at.

Ibnu Qudamah dalam al-Mughni (2/578) berkata:
Ahmad berkata: Kami berpendapat satu raka’at dalam witir. Hal itu diriwayatkan dari ‘Utsman bin ‘Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Zaid bin Tsabit, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Ibnu Zubair, Abu Musa, Mu’awiyah dan ‘Aisyah radhiallahu ‘anhum.
Ibnu Qudamah juga menyebutkan: Ibnu ‘Umar berkata: Witir satu raka’at, itu adalah witir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan ‘Umar. Ini juga pendapat Sa’id bin Musayyab, ‘Atha, Malik, al-Auza’i, asy-Syafi’i, Ishaq, Abu Tsaur. Mereka berkata: Shalat dua raka’at kemudian salam kemudian witir dengan satu raka’at.

al-Albani berkata dalam Shalatu at-Tarawih (1/110 –Maktabah Syamilah):
Yang kami pilih bagi orang yang hendak shalat malam di bulan Ramadhan dan selain bulan Ramadhan yakni dengan melakukan salam setiap dua raka’at sehingga apabila hendak melakukan shalat tiga raka’at maka membaca Sabbihisma Rabbikal-A’laa (al-A’laa) di raka’at pertama dan membaca Qul Yaa Ayyuhal-Kaafiruun (al-Kaafiruun) di raka’at kedua dan bertasyahhud di raka’at kedua dan salam kemudian berdiri dan shalat satu raka’at dengan membaca al-Faatihah dan Qul Huwallaahu Ahad (al-Ikhlaas) serta mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas).

al-Albani juga menyebutkan afdhalnya salam setiap dua raka’at dalam Qiyamu Ramadhan (1/29).

NB:
Hadits shalat malam dua raka’at dua raka’at dikeluarkan oleh al-Bukhari.
Riwayat yang menyebutkan raka’at witir terakhir membaca al-Ikhlas dengan tambahan mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas) adalah lemah sedangkan yang shahih hanya membaca al-Ikhlas saja sebagaimana disebutkan dalam Shahih Fiqh as-Sunnah (1/388) oleh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid.

http://noorakhmad.blogspot.com/2009/08/shalat-witir-satu-rakaat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemilik blog dengan segala hormat hanya akan menampilkan komentar berupa saran, kritik, pertanyaan atau caci maki saja, adapun komentar yang masuk ke dalam kategori bantahan/sanggahan/debat maka sebaiknya langsung di blog aslinya [blog ustadz yang bersangkutan] sebab bukan kapasitas ana untuk masuk ke dalam dunia debat. Jadi komentar dari jenis ini baik dalam masalah aqidah maupun fiqh terpaksa tidak ana tampilkan. Harap maklum...