Mutiara Salaf

"Wahai manusia Aku hanyalah orang yang mengikuti sunnah dan bukan pembuat bid'ah. Jika Aku berbuat baik maka ikutilah dan jika Aku berbuat buruk maka ingatkanlah" [Abu Bakar Ash-Shidiq]

Blog ini dibuat terutama sebagai catatan/arsip bagi ana sehingga mudah mengakses [karena telah dikategorikan] artikel para ustadz ahlu sunnah yang materinya terpencar-pencar di masing-masing situs yang diasuh langsung oleh mereka. Namun alangkah baiknya jika ana tidak menyimpannya sendiri di dalam hard disk melainkan di sebuah blog yang diharapkan dapat bermanfaat bagi orang lain entah dia itu muslim atau kafir, ahlu sunnah atau ahli bid'ah, orang yang sudah "ngaji" atau yang masih awam.

Jumat, 07 Mei 2010

Fatwa-Fatwa Sekitar Ilmu (4)

5. Syaikh hafidhahullah ditanya :

Bagaimana nasihat anda bagi orang yang menjadikan sikap wala dan bara (menyukai dan memusuhi) terhadap saudaranya berdasarkan sesuai tidaknya pendapat dia dengan mereka dalam suatu masalah. Demikian juga apakah akibat dari hasad dan kebencian di kalangan para pencari ilmu ?

Beliau menjawab :

Ini adalah benar karena sebagian orang menjadikan sikap wala dan bara didasarkan pada sesuai tidaknya pendapat mereka dalam suatu masalah. Engkau lihat seseorang berwala (mencintai dan loyal) kepada orang lain karena dia satu pendapat dengan dirinya dalam masalah itu, atau bara memusuhi karena tidak sependapat dalam masalah itu. Saya akan ceritakan sebuah kisah kepada kalian yang pernah kami alami di Mina antara dua kelompok orang Afrika. Masing-masing melaknat dan mengkafirkan kelompok lainnya. Lalu mereka didatangkan kepada kami ketika mereka sedang berselisih. Kami bertanya :” Apa yang terjadi ?” Yang pertama berkata : Orang ini bila shalat meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya di atas dada dan ini kufur kepada sunnah.” Yang kedua berkata :” Orang ini apabila shalat melepaskan kedua tangannya ke kedua pahanya tanpa menyimpan yang kanan di atas yang kiri dan ini kufur karena Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda :‘ Barang siapa yang tidak senang kepada sunnahku maka dia bukan golonganku.”[1] Berdasarkan hal itu mereka saling mengkafirkan satu sama lain. Padahal sudah maklum bahwa masalah ini masalah yang sunnah bukan yang wajib, rukun, ataupun syarat sahnya shalat. Setelah melalui upaya yang panjang dan berat akhirnya mereka rela dan puas di hadapan kami, adapun di belakang kami Allahlah yang lebih tahu. Sekarang engkau temukan beberapa ikhwan amat disayangkan membantah saudaranya lebih dari bantahan terhadap orang-orang atheis yang kekufurannya amat jelas. Dia memusuhi saudaranya lebih dari permusuhan kepada orang-orang Atheis itu dan membicarakan saudaranya dengan perkataan yang tidak ada asalnya dan tak ada hakikatnya, tapi sekedar hasad dan aniaya. Tidak diragukan lagi bahwa hasad termasuk akhlak Yahudi seburuk-buruk hamba Allah.

Kemuadian hasad tidak ada manfaatnya sedikitpun bagi pelakunya bahkan tidak menambah apapun kecuali kesusahan dan kesedihan. Carilah kebaikan untuk orang lain maka engkau akan memperoleh kebaikan itu dan ketahuilah bahwa karunia Allah akan diberikan kepada orang-orang yang dikehendakinya. Seandainya engkau hasad maka engkau tak akan bisa menghalangi karunia Allah, bahkan seringkali engkau menghalangi sampainya karunia Allah padamu karena obsesimu untuk menghilangkan karunia Allah pada diri orang lain dan kebencianmu terhadap turunnya nikmat Allah kepada orang lain. Oleh karena itu orang yang hasad di kalangan para penuntut ilmu diragukan niat dan keikhlasannya dalam menuntut ilmu. Karena dia hanyalah hasad karena keadaan kedua tadi ( yaitu hasad menghalangi turunnya karunia Allah pada dirinya.Pent) Lalu orang yang didengkinya mempunyai kedudukan dan wibawa di hadapan manusia dan orang-orangpun berpaling kepadanya, maka lalu dia hasad kepada orang itu karena dia menginginkan dunia. Adapun kalau dia benar-benar menginginkan akhirat dan benar-benar menginginkan ilmu, maka pasti dia akan bertanya tentang orang yang punya kedudukan dan wibawa di hadapan manusia ini dan akan mengambil ucapannya. Engkau akan bertanya tentang ilmunya agar engkaupun bisa seperti dia, engkau datangi dia untuk mengambil faidah darinya. Adapun bila engkau hasad dan menjelek-jelekkan dia serta menyebarkan aib-aibnya yang tidak terdapat dalam dirinya , maka tidak diragukan lagi bahwa ini adalah sikap aniaya, permusuhan, dan perkara yang tercela.

6. Syaikh ditanya :

Ada beberapa orang penuntut ilmu yang semangat dalam menghadiri pelajaran yang diberikan oleh sesama penuntut ilmu tanpa mementingkan menghadiri pelajaran para ulama yang mampu menghimpun apa yang tidak mampu dihimpun oleh para penuntut ilmu. Bagaimana menurut pandangan Anda ? semoga Allah memelihara Anda.

Beliau menjawab :

Yang saya lihat adalah bahwa seorang manusia harus menuntut ilmu dari seorang yang sudah matang ilmunya. Karena beberapa orang penuntut ilmu merasa sudah mampu mengajar, lalu dia meneliti suatu masalah baik masalah hadis, fikih, atau akidah. Dia menyelidikinya dengan seksama dan menelitinya. Lalu bila hal ini didengar oleh seorang pemula dari kalangan para penuntut ilmu, maka dia akan menyangka bahwa orang ini termasuk salah seorang ulama besar, tetapi kalau dia keluar walau hanya seujung jari dari materi yang sedang dia telaah ini maka akan engkau temukan bahwa dia tidak berilmu. Oleh karena itu wajib bagi para penuntut ilmu yang pemula untuk mendapatkan ilmu dari tangan ulama yang terpercaya baik ilmunya, amanahnya, maupun dinnya.(Bersambung)

Diterjemahkan dari Kitab Al-Ilmu Karya Syaikh Al-Utsaimin Rohimahulloh


[1] Dikeluarkan oleh Bukhari, kitab nikah, bab anjuran nikah. Muslim, kitab nikah, bab sunnahnya nikah bagi orang yang sudah menginginkannya.


http://ustadz.abuhaidar.web.id/2009/05/31/fatwa-fatwa-sekitar-ilmu-4/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemilik blog dengan segala hormat hanya akan menampilkan komentar berupa saran, kritik, pertanyaan atau caci maki saja, adapun komentar yang masuk ke dalam kategori bantahan/sanggahan/debat maka sebaiknya langsung di blog aslinya [blog ustadz yang bersangkutan] sebab bukan kapasitas ana untuk masuk ke dalam dunia debat. Jadi komentar dari jenis ini baik dalam masalah aqidah maupun fiqh terpaksa tidak ana tampilkan. Harap maklum...